Grosir Baju Murah
 
 
Picture
Sejumlah perajin batik di Daerah Istimewa Yogyakarta masih minim pengetahuan tentang pewarnaan batik yang menggunakan bahan alam, dan meskipun ada perajin menggunakannya, jumlahnya tidak banyak, kata Ketua Paguyuban Batik Sekar Jagad  Yogyakarta Larassati Suliantoro.

"Memang saat ini sedang 'tren' menggunakan pewarna alam, karena jika menggunakan pewarna kimia akan 'menjajah' para perajin, karena harganya sangat mahal," katanya, di Yogyakarta, Kamis (11/11).

Ia mengatakan sampai saat ini dari sejumlah perajin batik yang menggunakan pewarna alam, kualitas pewarna alam yang digunakan masih standar. "Pewarna alam memang harganya murah, tetapi bahan bakunya sulit diperoleh, dan pembuatan variasi warnanya masih sangat terbatas," katanya.

Sejauh ini dari pihaknya menaruh perhatian terhadap kerajinan batik yang menggunakan pewarna alam, namun menurut dia belum semua produksi batik yang menggunakan pewarna alam kualitasnya memuaskan.

"Memang ada sejumlah produk kerajinan batik yang menggunakan pewarna alam kualitas warnanya bagus, tetapi ada pula yang kualitasnya kurang memuaskan, karena perajin belum bisa memadukan campuran bahan alam itu untuk menghasilkan warna yang inovatif dan tidak monoton," katannya.

Larassati mengatakan pihaknya telah melakukan sosialisasi di kalangan perajin batik yang menggunakan pewarna alam agar mengolah bahan alam yang dipakai sehingga menghasilkan kualitas warna yang bagus.

"Memang tujuan mereka menggunakan pewarna alam sebagai pewarna batik tulis positif, yaitu ramah lingkungan, dan harga jual produk menjadi tinggi," katanya.

Menurut dia, para perajin batik masih minim pengetahuannya tentang penggunaan pewarna alam yang bisa menghasilkan kualitas warna yang bagus. "Pengolahan bahan alam hingga menjadi pewarna alami memang sulit, karena tidak semua bahan alam dapat digunakan sebagai bahan pewarna," katanya.

Sementara itu, kata dia, untuk mengembangkan desain dan motif batik juga sulit, karena khawatir ditiru perajin lainnya. "Memang ada sejumlah motif atau desain batik yang ditiru perajin lain," kata Larassati.

Ia berharap para perajin batik di Yogyakarta dan sekitarnya yang menggunakan pewarna alam untuk saling berbagi dan bertukar pikiran serta pengalaman tentang penggunaan pewarna alam yang bagus, sehingga menghasilkan kualitas warna yang bagus pula. (Ant/OL-2)

 
Picture
Bukan hanya batik yang menjadi warisan leluhur Indonesia. Banyak tarian khas yang bisa mengangkat nama Indonesia di mata internasional. Seperti tarian 'Matah Ati' yang siap memukau Singapura.

'Matah Ati' adalah sebuah pertunjukan sendratari yang berkisah tentang perjalanan cinta prajurit perempuan di Keraton Mangkunegara di abad 18. 'Matah' sendiri dapat berarti 'patah', namun dalam bahasa Jawa, berarti 'meladeni'. Sehingga 'Matah ati' tidak memiliki makna negatif seperti 'Patah Hati', melainkan berarti 'meladeni hati'.

Jalan cerita dari sendratari itu ditulis oleh Bandoro Raden Ayu Atilah Soeryadjaya, yang tak lain adalah cucu dari Mangkunegara VII. Sendratari 'Matah Ati' akan dilangsungkan di pusat seni Singapura, Esplanade Building. Penata artistik ternama Indonesia, Jay Subiakto yang akan mengubah gedung Espalande yang modern, menjadi kerajaan Mangkunegara Solo jaman dulu.

Tak hanya sendratari, pertunjukan yang akan diadakan pada tanggal 22-23 Oktober nanti juga akan dilengkapi dengan pameran aneka kebudayaan khas kerajaan Solo. Berbagai karya seni seperti lukisan, patung dan aneka kostum plus aksesori keluarga kerajaan akan ditampilkan di sana.

Pertunjukkan di Singapura adalah pertunjukkan perdana 'Matah Ati'. Selanjutnya, sendratari itu akan melakukan pertunjukkan di berbagai negara Asia, juga Eropa.

Bagi Anda yang tertarik untuk menonton pertunjukkan sendratari ini, Anda bisa mendapatkan tiket dengan harga SGD 30-SGD 60 atau sekitar Rp 200 ribu - Rp 400 ribu.

(kee/kee)

 
Picture
Kain batik tulis yang diproduksi perajin di kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat banyak diminati kalangan wisatawan mancanegara, karena memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan batik tulis lainnya.

"Kain batik tulis keraton banyak disukai wisatawan mancanegara, karena motif batiknya khas Keraton Yogyakarta," kata salah seorang perajin batik kraton di kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Marto Surtono, di Yogyakarta, Selasa (5/10/2010).

Menurut Marto yang juga "abdi dalem" (pegawai keraton) ini, batik tulis keraton banyak diminati kalangan wisatawan mancanegara di antaranya dari Thailand, Jepang, dan Inggris.

Ia mengatakan batik tulis keraton memang desain dan motifnya berciri khas Yogyakarta. "Kami memang hanya membuat motif batik tulis berciri khas batik Yogyakarta, seperti motif batik Sidomukti, Wahyutemaran, Seminromo, dan Sidoluhur," katanya.

Marto mengatakan selain membuat batik tulis untuk dijual di pasaran umum, pihaknya juga memproduksi kain batik khusus untuk pakaian Sri Sultan Hamengku Buwono X yang tidak boleh dijual di pasaran, dan hanya boleh dikenakan oleh Sri Sultan.

"Kami membuat batik tulis khusus untuk pakaian Sri Sultan Hamengku Buwono X, yakni bermotifkan batik parang besar, yang hanya boleh dikenakan oleh Sri Sultan," katanya.

Ia mengatakan proses pembuatan batik tulis keraton membutuhkan waktu lama. "Untuk membuat satu lembar kain batik tulis kraton biasanya perlu waktu sekitar tiga bulan hingga menjadi kain batik yang siap dipakai," katanya.

Menurut Marto, batik tulis keraton yang ia produksi jumlahnya tidak menentu setiap bulannya. "Jika membatiknya cepat, kami hanya mampu membuat satu lembar kain batik dalam satu bulan," katanya.

Harga kain batik tulis keraton, kata dia disesuaikan dengan motif serta ukuran kainnya. "Harganya antara Rp 300.000 hingga Rp 1,1 juta per lembar," katanya.

Sedangkan mengenai omzet penjualan kain batik keraton yang dibuatnya, Marto menyebutkan dalam satu bulan tidak menentu, dan juga tergantung produksinya. "Selama ini, setiap bulan hanya terjual rata-rata satu lembar kain batik," katanya.

Sumber : kompas.com


 
Grosir Baju Murah